Kain Batik Masuk Kelas 24 Klasifikasi Nice, Siap Menuju Pasar Internasional

Jenewa - Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengikuti pertemuan The 34th Session of The Committee of Experts (CE) of Nice Union di Jenewa, Swiss yang diselenggarakan pada tanggal 22 s.d 26 April 2024.

Menurut Sekretaris Bidang Administrasi Permohonan dan Klasifikasi Merek Erick Siagian, Committee of Expert of Nice Union ini merupakan kelompok khusus di bawah World Intellectual Property Organization (WIPO) yang bertugas memelihara dan mengembangkan Klasifikasi Nice yang resmi dikenal sebagai Perjanjian Nice atau Nice Agreement .

“Klasifikasi Nice sendiri merupakan sistem klasifikasi internasional yang digunakan untuk mengkategorikan produk dan layanan dalam melakukan pendaftaran merek dagang dan merek jasa,” ungkap Erick.

Erick menjelaskan sistem ini membantu harmonisasi klasifikasi merek dagang secara global dengan menyederhanakan proses pendaftaran merek dagang di berbagai yurisdiksi dengan menyediakan sistem klasifikasi terpadu yang diakui oleh seluruh dunia. Tugas dari Committee of Expert of Nice Union sangat penting untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pelindungan hak kekayaan Intelektual (KI).

“Indonesia sendiri telah menjadi anggota ke-93 dari Nice Union sejak tanggal 7 Oktober 2023, maka Indonesia telah memiliki posisi untuk memberikan masukkan atau pendapat terhadap penggunaan terminologi pada Klasifikasi Nice,” tutur Erick.

Lebih lanjut, Erick menyampaikan bahwa perwakilan negara-negara anggota Perjanjian Nice melakukan pertemuan rutin seperti saat ini untuk meninjau dan memperbarui Klasifikasi Nice, memastikan klasifikasi tersebut mencerminkan tren pasar dan perkembangan teknologi terkini. 

Menurutnya, tanggung jawab utama mereka meliputi revisi dan perubahan klasifikasi, penambahan atau penghapusan istilah, dan memberikan klarifikasi untuk memastikan sistem tetap relevan dan berguna untuk proses pendaftaran merek dagang secara internasional.

Dalam kesempatan ini, Indonesia berhasil meyakinkan seluruh anggota Committee of Expert untuk menerima Kain Batik ke dalam kelas 24 pada Klasifikasi Nice melalui pemungutan suara.

“Keberhasilan ini melalui proses yang cukup panjang. Setelah sebelumnya kami memasukkan proposal untuk kain batik pada kelas 24, dilanjutkan negosiasi dengan para Committee of Experts lainnya dari Nice Union guna mempertahankan proposal tersebut. Kemudian, kami telah berhasil meyakinkan seluruh anggota untuk menerima Kain Batik pada kelas 24 melalui voting,” ungkap Erick.

Erick menambahkan, Indonesia saat ini memiliki banyak jenis barang dan jasa tradisional yang dapat dicatatkan dalam Klasifikasi Nice, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha dalam mengajukan permohonan merek internasional melalui Madrid Protocol dan pelindungannya dapat diterima secara global oleh seluruh negara anggota yang meratifikasi Perjanjian Nice.

“Kedepannya Indonesia diharapkan akan mengajukan kembali berbagai terminologi yang berasal dari Indonesia untuk tetap menjaga keaslian kata tradisional milik Indonesia dari segala pengajuan pendaftaran merek di dunia internasional,” pungkas Erick. (daw/sas)



TAGS

#Merek

LIPUTAN TERKAIT

Tim Ahli IG Bersama Dengan DJKI Lakukan Pemeriksaan Substantif Tenun Donggala

Tim Pemeriksaan Substantif Indikasi Geografis (IG) melakukan kunjungan lapangan ke Sentra Produksi Tenun Donggala dalam rangka Pemeriksaan Substantif atas Permohonan IG Tenun Donggala pada Rabu, 27 Maret 2024, di Kabupaten Donggala.

Kamis, 28 Maret 2024

Kenali Gerabah Kasongan dari Bantul Yogyakarta

Bantul - Gerabah Kasongan merupakan jenis produk yang dilestarikan oleh Masyarakat Pelindungan Indikasi Geografis (MPIG) yang menjadi ikon tersendiri Kabupaten Bantul. Kasongan sendiri merupakan industri yang berfokus pada kerajinan gerabah (tanah liat) atau kerajinan keramik yang merupakan aset dari Bantul, Yogyakarta.

Sabtu, 9 Maret 2024

DJKI Gelar Audiensi Bersama UNPAD Terkait Pemanfataan KIK

Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) adalah kekayaan intelektual (KI) yang berupa Ekspresi Budaya Tradisional (EBT), Pengetahuan Tradisonal (PT), Sumber Daya Genetik (SDG) dan Potensi Indikasi Geografis sehingga KIK merupakan identitas suatu kelompok atau masyarakat. Adapun kepemilikan KIK berbeda dengan KI lainnya karena bersifat kelompok.

Rabu, 10 Januari 2024

Selengkapnya
https://www.gojosatoru.love/